Wednesday, April 12, 2017

Silly Parent's Expectation

It was less than two years since I became a mother. My lack of experience (well, duh) and lack of knowledge always make me question and regret anything I've done to my one and only, my precious one, Bumi. Despite of all my mistakes and careless decisions toward him, he still loves me wholeheartedly. It makes me think I don't deserve him, he's just too good to be true.

He makes me realize that have full tummy, could sleep under the roof, had a nice (not fancy, but quite nice one) clothes actually are privileges. Selama ini gua mikir yang namanya gak kelaperan, bisa tidur nyenyak, bisa mandi kapan pun itu ya hak semua makhluk hidup. Soon after I gave birth to him, I realize I was entirely wrong. Having him is such an enlightening moment.

Sampai Bumi hampir dua taun ini, gua gak terlalu berharap macem2 sama dia. Selama dia sehat, kenyang, tidur nyenyak, baju cukup, ceria dan bahagia, everything is alright. He is witty, and I really hope he will grow up as a witty and lovely boy, and then soon enough, will be a very nice man. Makanya suka bingung sama orangtua yang kayanya terobsesi banget punya anak pintar...buat dipamerin atau dibanggain. Anak hafal satu surat quran, posting di path, facebook, twitter, snapchat, instagram, kalo masih ada, mungkin friendster juga.

No, I'm not against people who like to post their children's photos at social media, but sometimes it was like parents have no limit.

Sometimes they have a silly expectation to their child(ren). Pengen anak suka baca (lha emak bapaknya gak pernah atau jarang baca, terus anaknya mau nyontoh dari siapa suka bacanya). Dulu ada rekan kerja yang nanya ke gua "Gimana ya Ras, biar anakku suka baca kaya kamu?". Terus gua bilang ya dulu bokap gua setiap minggu ngajak gua ke gramed buat beli buku and any book will do. Boleh beli komik, tapii harus tetep ada buku "pelajaran"nya. Jadi ya biasanya setiap minggu itu gua beli komik2, ditambah LKS hits jaman dulu yang namanya kunti (tekun dan teliti), dan arif, kadang ditambah buku biografi tokoh2 yang tipis.

Terus si rekan kerja ini bilang lagi "aku udah bawa ke gramed, tapi ya dia gak tertarik, baca komik aja gak mau,". Terus gua bilanglah "mbak suka baca buku gak? Atau suaminya?", dan sesuai dugaan dia bilang "nggak,". Lha pegimane? Anak kan peniru ulung. Kalo orangtua pada gak doyan baca, mau niru siapa? Atau anak dikasih gedget mulu, terus gimana dia bisa mau baca.

Alhamdulillah (semoga gua ngejanya bener nih), Bumi lumayan tertarik sama buku. Dari dia belom bisa tengkurep udah gua bacain buku. Dan dia sering liat gua baca buku (walau cuma komik dan harry potter), tapi tetep yang penting dese doyan baca jadinya. Sering minta bacain. Tapi terus bapaknya malah males bacain, dan malah ngasih gadget (bikin wa kzl beut).

Gua gak bilang gadget itu haram, tapi yah jamgan banyak2lah ngasih gadget ke anak. Gua batesin gadget buat Bumi cuma 2 jam sehari, dan nonton TV satu jam sekali. Contrary to popular opinion, gua gak terlalu memikirkan dampak psikologis anak kaya jadi lambat bicara dsb, gua lebih ngeri sama kesehatan mata dia. Takut matanya rusak. Udah itu doang. Makanya pas dia pegang ipad, brightness gua setel di paling rendah, dan lampu nyala terang benderang. I find there's some positive effects juga koq ngasih gadget ke anak, such as: di umur dua taun dia udah bisa ngitung sampe sepuluh (it may be common for toddlers these days, tapi gua yakin pas gua umur 2 taun gua belom bisa), tau semua warna (in english though, tapi ya kalo diomongin misalnya "ambilin mobil merah," ya dia ngerti juga), dan udah tau huruf (only a few).

Anyway, I know that having an obsession to have bright children is completely normal, but as parent who is much older and hopefully much wiser, please have some limitations. Apalagi buat anak di bawah umur grade schooler, just make sure they are healthy and happy and will grow up as a decent human being.


Btw, ini postingan kayanya ada di draft gua dari taun lalu. Tapi baru publish sekarang. Entahlah mengapa gak dari dulu aja. Mungkin karena udah jadi emak2 terus massa otak jadi berkurang seons.

Fantastic Beasts dan Di mana Kamu Bisa Menemukannya

Fantastic beast and where to find them

Jadi.....gua akhirnya nonton di bioskop!!!! Gila, senengnya gak ketulungan, lebih seneng dibanding makan martabak! Kenapa? Karena udah dua taun gua gak nonton di bioskop, mennnn... Pas hamil Bumi, trimester ketiga mulai muntah2 lagi, tapi gak pagi, tapi malem. And pregnancy bladder is killing me. Bisa 15 menit sekali gua pipis, kebelet parah, pas keluar cuma kaya sesendok. Manalah napsu gua nonton bioskop kan? Cuma pengen cepet sampe rumah, hit the shower, then hit the hay.

Dan...sejak pindah ke BSD, lebih tepatnya komplek De Latinos, dan terus ngeh ongkos uber cuma 15ribuan ke teraskota; gua langsung mikir pas Bumi molor gua mau nonton bioskop. Gantianlah bapaknya yang jagain, guanya kongkow2.

Dan gua pilih Fantastic Beast. Adit yang udah nonton bareng temen2 kantornya bilang filmnya zonk banget, gak banget, jelek dsb. Yah... I have low expectation for this movie actually, but this is the movie that I have to watch!!! Gua suka banget sama Harry Potter, entahlah udah khatamin berapa kali serinya. Dan pas gua akhirnya nonton, ya ampun sukaaaaaaaaaa......

Si Newt juga unyu amat, quirkie awkward gemesin gitu. Pas nonton di awal2 aja, gua langsung cekikikan sendiri, when they drop the hint that he was a chaser for hufflepuff. Tapi sebelah2 gua pada muka datar aja nontonnya.

Anyway. Gua mau bahas filmnya. Kali ada yang nyasar ke blog gua, dan juga berpikiran kalo film ini "apaan sih? Gak jelas". Hmm, gua mafhum sih kalo yang bilang gitu karena gak baca bukunya. Tapi buat yang baca, kaya langsung kebayang masa2 Grindewald saat itu lagi berkuasa.

I will elaborate about this movie, not about the plot, but about the background, the setting.

Sebelum Voldemort lahir, ada satu penyihir dari Dumstrang, yang bernama Grindewald. Dia dikeluarin (kalo gak salah) karena membunuh salah satu murid sekolahnya (by duel or by experiment, lupa). Dumstrang sendiri emang terkenal sebagai sekolah sihir yang sangat toleran terhadap Ilmu Hitam, teach the dark arts, unlike Hogwarts that teach the defence of dark arts (hence Draco said his father almost enrolled him there, but his overprotective mother didn't agree cause it was too far away).

Dan Grindewald dan Dumbledore itu sempet sohiban. Dumbledore yang waktu itu udah lulus dari sekolah, harus menjadi kepala rumah tangga karena ibunya meninggal. Grindewald adalah keponakan (apa cucu ponakan) dari Bathilda Bagshot (pengarang buku Sejarah Sihir), tetangganya Dumbledore. Terus karena persamaan mereka (sama2 murid cerdas luar biasa, sama2 tertarik sama deathly hallows, dan...sama2 mau membuka identitas penyihir dari dunia muggle) mereka jadi akrab. Yah kalo dalam dunia abege udah macem summer fling gitu deh. Tapi terus Grindelwald adu pendapat sama Aberforth, adeknya Albus Dumbledore, dan diakhiri dengan matinya Ariana. Grindelwald kabur, dan persahabatan mereka putuslah sudah.

Albus Dumbledore sejak kematian Ariana jadi berubah. He was a kind and gentle hearted from the beginning though, but the death of his sister changed him in so many ways, he realized that he was such an arrogant prick. But Grindelwald in the other hand, menyebarkan teror dan ilmu hitam hampir ke seluruh dunia (selain ke wilayah inggris, karena dia gak mau berurusan sama Dumbledore). Dan akhirnya Grindelwald duel sama Dumbledore, and as we know, Dumbledore menang. Grindelwald kalah, dipenjara di Numergard. Dan akhirnya, di masa tuanya, dia dibunuh sama Voldemort.

Jadi kaya seri film Fantastic Beast ini bakalan ceritain tentang Grindelwald as the main villain. It was interesting, at least for me, to know the young Dumbledore (well, maybe not that young, maybe the middle-aged Dumbledore). Karena selama di seri Harry Potter, yang ada hanya versi tua dan bijaksananya doang. Versi ranum cenderung kematengan bisa dibilang. 

Dan ada satu lagi yang bikin gua betah nonton film ini. Eddie Radmayne unyu bangeeeettttt... Pas nonton dia di Les Mis sih gua gak tertarik sama dia, biasa aja maksudnya. Dia macem abege labil yang galau tentang perempuan doang, jadi ya gua bodo amat nontonnya. Lagian, di Les Mis ada Hugh Jackman, konsentrasi gua udah penuh banget ke dese. Tapi di sini, oh my goodness, his quirky gestures keep me captivated, his freckles are so adorable.


Lumayan deh nambah2in daftar idola. Karena gua emang lagi kurang bernafsu sama RDJ, Tom Hiddleston, atau Hugh Laurie, kurang gairahlah kehidupan gua. Sampe temen gua (sebut saja namanya Duhita) bilang "oh men, you're so pitiable. Our obsession towards them is the thing that keep us sane!".